Sabtu, 13 Oktober 2012

Fakta Kebenaran Al-Quran dari Fase Terciptanya Manusia



Allah mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai rasul untuk seluruh dunia sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam al-Quran,
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuknya rahmat bagi sernesta alam. ” (QS al-Anbiyaa’: 107)

Dan Nabi Muhammad SAW juga utusan Allah untuk orang Badui yang tinggal di gurun sebagaimana dia utusan Allah untuk ilmuwan sekarang ini yang dipenuhi alat-alat laboratorium modern. Dia adalah utusan Allah untuk semua manusia di setiap saat. Sebelum Nabi Muhammad SAW setiap rasul diutus semata-mata untuk kaumnya sendiri. . .

“Kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. ” (QS ar-Ra’ad : 7)

Akan tetapi, pesan Nabi Muhammad SAW adalah un­tuk seluruh umat manusia, dan untuk alasan itulah Allah memberi bukti yang mendukung pesan Nabi Muhammad SAW Bukti ini berbeda dengan bukti-bukti yang diberikan kepada nabi-nabi sebelumnya. Bukti kerasulan yang terdahulu hanya dilihat pada zamannya dan kemungkinan generasi setelah mereka. Kemudian Allah menurunkan rasul yang baru, yang didukung dengan keajaiban-keajaiban baru, untuk membangkitkan kepercayaan kaumnya. Akan tetapi, Nabi Muhammad SAW karena dipersiapkan sebagai rasul yang terakhir sampai Hari Kebangkitan, Allah memberinya mukjizat yang abadi sebagai bukti yang mendukung, yaitu al-Quran.

Jika kita bertanya kepada orang Yahudi atau Nasrani yang menunjukkan kepada kita mukjizat Nabi Musa AS atau Nabi Isa AS yang mungkin sebagai berkah dan perjanjian Allah kepada mereka, maka keduanya akan menyampaikan ini tidak dalam jangkauan manusia un­tuk mempertunjukkan kembali beberapa mukjizat sekarang. Nabi Musa memiliki mukjizat tongkat yang tidak dapat diciptakan atau Nabi Isa AS diminta untuk menghidupkan kembali orang dari kematian. Untuk kita sekarang, mukjizat-mukjizat ini tidak lebih hanya menjadi laporan sejarah. Tetapi jika seorang Islam ditanya tentang mukjizat terbesar Nabi Muhamad SAW dia dapat menunjukkan al-Quran. Al-Quran adalah sebuah mukjizat yang meninggalkan bekas di tangan kita. Al-Quran adalah buku yang terbuka untuk semua orang untuk mengujinya.
Sebagaimana firman Allah di dalam al-Quran:

“Katakanlah: Apakah keterangan (saksi) yang paling besar? Katakanlah: Allah, Dia men­jadi saksi antara aku dan kamu. Dan al-Quran ini diwahyukan kepadaku, supaya dengan itu aku dapat memberi pengertian kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Quran kepadanya. ” (QS al-An’am : 19)

Alam yang menakjubkan dari al-Quran di mana terletak pengetahuan di dalamnya. Allah Yang Maha Agung berfirman:

“. . . tetapi Allah mengakui al-Quran yang diturunkan Nya kepadamu (Muhammad), Al­lah menurunkannya dengan ilmu Nya. ” (QS an­Nisa : 166)

Oleh karena itu, para ilmuwan di zaman kita dan para sarjana, profesor di beberapa universitas yang memimpin pemikiran manusia, memiliki kesempatan untuk menguji pengetahuan yang ditemukan dalam firman Allah. Pada zaman sekarang, para ilmuwan telah mengungguli dalam penemuan alam semesta, akan tetapi al-Quran lebih dulu telah menjelaskan alam semesta dan sifat alami manusia sebelumnya. Sehingga, apa hasilnya?


 
 Kami menghadirkan Profesor Emeritus Keith Moore, salah satu dari ilmuwan dunia yang terkemuka dalam bidang Anatomi dan Embriologi. Kami bertanya kepada Profesor Moore untuk memberikan analisis ilmiah dari beberapa versi al-Quran secara spesifik kepada kita dan hadis mengenai lapangannya secara khusus.

ProfesorMoore adalah penulis bukuyangberjudul “The Development Human”. Dia adalah Profiesor Emeritus ahli Anatomi dan Sel Biologi Universitas Toronto, Kanada, di mana dia Ketua Jurusan Basic Sciences, Fakultas Kesehatan, dan selama 8 tahun Ketua Jurusan Anatomi. Prof. Moore sebelumnya juga mengabdi pada Universitas Winndipeg, Kanada, selama sebelas tahun. Dia mengepalai beberapa Internasional Associations of Anatomist and the Counalofthe Union of Biological Science. Profesor Moore juga terpilih anggota Royal Medical Associations of Canada, the Intemational Academy of Cytology, the Union of American Anatomist dan the Union of North dan South American Anatomist, dan pada tahun 1984 menerima penghargaan yang terkenal dalam bidang anatomi di Kanada, JCB Grant Award dari the Canadian Association of Anatomist. Dia menerbitkan beberapa buku di klinik Anatomi dan Embriologi, delapan dari buku ini digunakan sebagai referensi di sekolah medis dan talah diterjemahkaii ke dalam enam bahasa.

Ketika kami bertanya kepada Profesor Moore untuk memberikan analisis kepada kami tentang ayat al-Quran dan sabda nabi, maka dia terkejut. Dia heran bagaimana Nabi Muhammad SAW pada 14 abad yang lalu dapat mendeskripsikan embrio dan fase perkembangannya secara detail dan akurat, yang mana para ilmuwan untuk mengetahui hal itu baru tiga puluh tahun terakhir. Akan tetapi, keterkejutan Profesor Moore itu berkembang begitu cepat menjadi kekaguman terhadap wahyu dan petunjuk ini. Dia memperkenalkan sudut pandang ini secara intelektual dan lingkungan ilmiah. Dia juga memberi sebuah surat pada kesesuaian embriologi modern dengan al-Quran dan Sunnah, di mana dia menyatakan sebagai berikut: “Ini merupakan kesenangan yang besar bagi saya untuk membantu mengklarifikasi pernyataan di dalam al-Quran tentang perkembangan manusia. Telah jelas bagi saya bahwa pernyataan yang datang kepada Nabi Muhammad pasti dari Allah atau Tuhan sebab hampir semua pengetahuan tidak ditemukan sampai beberapa abad terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. “

Pertimbangan yang terkenal dan dihormati ilmuwan embriologi ini dinyatakan atas pembelajaran ayat al-Quran sesuai dengan disiplinnya. Dan kesimpulannya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah. Allah berfirman di dalam al-Quran tentang tingkatan penciptaan manusia:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. ” (QS al-Mukminun : 12-14)

Kata alaqah dalam bahasa Arab memiliki tiga arti. Pertama, berarti pacet atau lintah; kedua, berarti sesuatu yang tertutup; dan ketiga, berarti segumpal darah.

Dalam perbandingan lintah air tawar dengan em­brio pada tingkat alaqah, Profesor Moore menemukan persamaan yang besar di antara keduanya. Dia menyimpulkan bahwa embrio selama tingkatan alaqah kenampakannya mirip dengan lintah itu. Profesor Moore menempatkan gambar sisi embrio dengan sisi gambar seekor lintah. Dia memperlihatkan gambar gambar ini kepada para ilmuwan di beberapa konferensi.

Arti kedua dari kata alaqah adalah sesuatu yang tergantung. Hal ini dapat kita lihat dalam penggabungan embrio dengan uterus dalam rahim ibu selarna masa alaqah. Arti ketiga kata alaqah adalah segumpal darah. Hal ini berarti, sebagaimana yang diungkapkan Profesor Moore, bahwa embrio selama selama fase alaqah melalui kejadian di dalam, seperti formasi darah di dalam pembuluh darah tertutup, sampai putaran metabolisme yang dilengkapi dengan plasenta. Selama fase alaqah, darah ditarik di dalam pembuluh darah tertutup dan itulah mengapa embrio tampak seperti segumpal darah, tampak juga seperti lintah. Kedua deskripsi itu dijelaskan secara menakjubkan dengan kata alaqah di dalam al-Quran.

Bagaimana Nabi Muhammad SAW kemungkinan telah mengetahui dirinya. Profesor Moore juga mempelajariembrio saat fase mudghah (gumpalan seperti zat/ substansi). Dia mengambil lempengan tanah liat yang kasar dan mengunyahnya ke dalam mulut. Kemudian membandingkan lempengan itu dengan sebuah gambar embrio saat fase mudghah. Profesor Moore me­nyimpullkan bahwa embrio saat fase mudghah tampak jelas seperti gumpalan zat. Beberapa majalah di Kanada menerbitkan beberapa pernyataan Profesor Moore. Lagi pula, dia menjelaskan dalam tiga acara TV di mana dia menyoroti kesesuaian ilmu pengetahuan modern dengan apa yang tersebut di dalam al-Quran selama 1400 tahun. Akibatnya, Profesor Moore ditanya dengan pertanyaan seperti berikut: “Apakah hal ini berarti kamu percaya bahwa al-Quran itu firman Allah?” Kemudian beliau menjawab: “Saya tidak menemukan kesulitan dalam penemuan hal ini.” Profesor Moore juga ditanya: “Bagaimana Anda percaya dengan Nabi Muhammad SAW jika Anda masih percaya dengan Yesus Kristus?” Dia menjawab: “Saya percaya keduanya, karena keduanya dari sekolah yang sama.”

Dengan demikian, semua ilmuwan modern yang ada di dunia sekarang ini datang untuk mengetahui bahwa al-Quran itu adalah pengetahuan yang diturunkan dari Allah.

“Akan tetapi Allah mengakui al Quran yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu Nya. . . . . .. ” (QS an Nisa : 166)

Hal ini juga diikuti bahwa ilmuwan modern tidak menemukan kesulitan dalam mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah.

Buku berjudul “Perkembangan Manusia” yang ditulis Profesor Keith Moore telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa. Buku ini dijadikan referensi penelitian ilmiah, dan dipilih oleh Komite Khusus di Amerika Serikat sebagai buku terbaik yang ditulis oleh satu orang. Kami bertemu dengan penulis buku ini dan menjelaskan kepadanya beberapa ayat al-Quran dan hadis yang berkaitan dengan spesialisnya di bidang embriologi.

Profesor Moore meyakinkan keterangan kami, sehingga kami mengajukan pertanyaan sebagai berikut: “Anda menyebutkan di buku Anda bahwa pada abad pertengahan tidak ada kemajuan dalam ilmu pengetahuan dalam bidang embriologi dan hanya sedikit yang tahu pada saat itu. Pada saat yang sama, al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan beliau mengajarkan kepada masyarakat sesuai dengan apa yang Allah turunkan kepadanya. Di dalam al-Quran Juga menjelaskan gambaran penciptaan manusia secara detail dan perkembangan manusia pada fase yang berbeda. Anda adalah seorang ilmuwan yang ternama, namun, mengapa Anda tidak membela kebenaran dan menyebutkan kebenaran ini di dalam buku Anda?” Beliau menjawab: “Anda memiliki bukti dan saya tidak. Jadi, mengapa Anda tidak mempresentasikan hal itu kepada kami?”

Kami melengkapinya dengan bukti dan Profesor Moore ternyata terbukti menjadi seorang ilmuwan yang ternama. Dalam bukunya edisi ketiga, dia membuat beberapa tambahan. Buku ini telah diterjemahkan, sebagaimana yang kami sebutkan sebelumnya ke dalam delapan bahasa, termasuk bahasa Rusia, Cina, Jepang, Jerman, Italia; Portugis, dan Yugoslavia. Buku ini dapat dinikmati karena sudab tersebar ke seluruh dunia dan dibaca beberapa ilmuwan dunia yang terkenal.

Profesor Moore menyatakan di dalam bukunya tentang Abad Pertengahan bahwa:

“Perkembangan ilmu pengetahuan berjalan secara lambat dari zaman pertengahan dan ada sedikit perkembangan penyelidikan dalam hal embriologi yang diusahakan selama abad ini sebagaimana yang telah kita ketahui. Hal ini dijelaskan di dalam al-Quran, kitab suci umat Muslim, manusia diciptakan dari sebuah campuran pengeluaran dari laki-laki dan perempuan. Beberapa referensi yang lain menyebutkan bahwa penciptaan manusia itu dari setetes mani (sperma) dan juga diharapkan bahwa hasil dari organisme itu terbentuk dalam janin perempuan seperti sebuah biji enam hari setelah permulaan (blastosit manusia mulai tertanam sekitar enam hari setelah pembuahan).

Al-Quran juga menyebutkan bahwa setetes mani itu berkembang menjadi segumpal darah yang membeku. Penanaman blastosit atau secara spontan gagal/gugur akan menyerupai segumpal darah secara konsep. Embrio juga dikatakan mirip segumpal zat/substansi seperti permen karet atau kayu (sesuatu yang mirip dengan gigi yang menandakan gumpalan zat).

Perkembangan embrio menjadi manusia pada hari keempat puluh sampai keempat puluh dua dan tidak lama kemudian fase ini mirip embrio binatang. Pada fase ini, embrio manusia mulai memperoleh sifat-sifat manusia. Al-Quran juga menjelaskan bahwa pertumbuhan embrio mengalami tiga kegelapan, pertama, dinding perut depan (ibu), kedua, dinding uterus, ketiga, membran Amniokhorionik. Ruangan yang tidak mengizinkan memperbincangkan beberapa referensi Yang menarik lainnya yang berkaitan dengan pertum­buhan manusia sebelum dilahirkan yang muncul di dalam al-Quran.

Hal ini sesuai dengan apa yang telah ditulis Prof. Moore di dalam bukunya. Segala puji bagi Allah. Dan sekarang telah disebarkan ke seluruh dunia. Kesesuaian antara ilmu pengetahuan dan al-Quran ini menjadikan kewajiban bagi Profesor Moore untuk menjelaskan hal ini di dalam bukunya. Dia menyimpulkan bahwa klasifikasi modern dari fase perkembangan embrio yang telah diterima di seluruh dunia tidaklah mudah atau lengkap. Hal ini tidak menolong pemahaman dari perkembangan fase embrio, sebab fase itu menurut basis angka, yaitu fase 1, fase 2, fase 3, dan seterusnya. Pembagian yang dijelaskan di dalam al-Quran tidak tergan­tung dengan sistem basis angka. Al-Quran mendasarkan pada perbedaan sesuai bentuk yang dilewati embrio agar mudah diidentifikasi.

Al-Quran menjelaskan fase perkembangan janin sebelum kelahiran sebagai berikut: Nutfah yang berarti “tetesan” atau air yang sedikit jumlahnya, alaqah yang berarti struktur seperti lintah, mudghah yang berarti struktur seperti kunyahan, `idhaam yang berarti tulang atau kerangka, kisaa ul-idham bil-laham yang berarti daging pembungkus tulang atau otot, dan an-nash’a yang berarti bentuk janin yang jelas. Profesor Moore telah mengetahui bahwa bagian ayat al-Quran ini benar­benar berdasarkan pada fase pertumbuhan janin sebelum masa kelahiran. Dia memberi cacatan bahwa bagian ini menunjukkan penggambaran secara ilmiah yang elegan yang mencakup banyak hal dan praktik.

Dalam suatu konferensi, Profesor Moore menyatakan sebagai berikut: Embrio berkembang di dalam kandungan ibu atau dilindungi uterus dengan tigaselubung atau lapisan, sebagaimana yang ditunjukkan dalam kaca mikroskop. (A) Menggambarkan dinding perut depan, (B) Dinding Uterus (C) Membran Amniokhorinik. Sebab fase embrio manusia ini kompleks, memperlihatkan kelanjutan dari proses perubahan selama pertumbuhan, telah diusulkan bahwa sistem klasifikasi baru dapat dikembangkan dengan penggunaan istilah yang tersebut di dalam al-Quran dan Sunnah. Usulan ini sangat sederhana, luas, dan sesuai dengan ilmu pengetahuan tentang embriologi sekarang ini.

Studi al-Quran dan hadis secara intensif empat abad terakhir telah menurunkan sistem klasifikasi embrio manusia yang menakjubkan sejak al-Quran diturunkan pada abad ketujuh. Meskipun Aristoteles, penemu ilmu pengetahuan tentang embriologi, menyadari bahwa pertumbuhan embrio anak ayam pada fase dari penelitiannya terhadap telur ayam pada abad keempat. Dia tidak memberikan penjelasan secara mendetail tentang fase ini. Sejauh yang diketahui dari sejarah embriologi, hanya sedikit yang tahu tentang fase dan klasifikasinya embrio manusia sampai abad kedua puluh. Untuk alasan tersebut, gambaran embrio manusia di dalam al-Quran itu tidak berdasarkan ilmu pengetahuan secara ilmiah pada abad ketujuh. Hanya kesimpulan yang masuk akal bahwa gambaran ini diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak dapat mengetahui secara mendetail sebab beliau seorang yang buta huruf, yang sama sekali tidak mengenyam pendidikan ilmiah.

Kami mengatakan kepada Profesor Moore, “Apa yang Anda katakan adalah benar, tetapi kebenaran itu kurang mutlak dibandingkan dengan bukti yang telah kami tunjukkan kepada Anda dari al-Quran dan sunnah yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan embriologi khususnya. Oleh karena itu, mengapa Anda tidak mengerjakan kebenaran dan sama sekali tidak membawa cabang dari ayat-ayat al-Quran dan hadis yang berhubungan dengan bidang spesialisasi atau keahlian Anda?”

Profesor Moore mengatakan bahwa dia telah me­masukkan beberapa referensi yang sesuai pada tempat yang cocok dalam sebuah buku khusus ilmiah. Akan tetapi, dia akan mengundang kami untuk membuat beberapa tambahan secara Islami, yang berkaitan dengan ayat-ayat al-Quran dan Hadis Nabi dan menyoroti berbagai macam aspek yang menakjubkan agar dimasukkan pada tempat yang cocok di dalam buku.

Hal ini telah dikerjakan dan akibatnya Profesor Moore menulis sebuah perkenalan untuk tambahan tentang Islam dan hasilnya dapat Anda lihat dalam buku ini. Setiap halaman berisi fakta tentang ilmu pengetahuan embriologi, kami telah menjelaskan beberapa ayat al­Quran dan hadis yang membuktikan bahwa al-Quran dan sunnah tidak dapat ditiru. Apa yang kami saksikan sekarang Islam menjadi berkembang ke daerah baru yang di dalamnya berisi keadilan dan tidak memihak pikiran orang.

FASE EMBRIO

Kami perkenalkan Prof. G.C. Goeringer kepada Anda. Dia adalah Direktur Kursus dan Direktur Asosiasi Ahli Kesehatan Embrio di Jurusan Biologi Sel, Sekolah Kedokteran Universitas George­town, Washington DC. Kami bertemu dengannya dan menanyakan apakah dalam sejarah embriologi ada beberapa sebutan fase yang berbeda dari pertumbuhan embrio dan apakah ada buku tentang embriologi pada zaman Nabi Muhammad SAW atau beberapa abad setelahnya yang mana menyebutkan bermacam-macam fase atau apakah pembagian fase yang berbeda ini hanya datang untuk dilketahui pada pertengahan abad kesembilanbelas. Dia berkata bahwa Yunani Kuno memperhatikan studi embriologi dan beberapa dari mereka mencoba menggambarkan apa yang terjadi dengan janin dan bagaimana pertumbuhannya. Kami setuju dengannya bahwa Aristoteles di antara mereka, mencoba menguraikan beberapa teori pada suatu subjek tetapi apakah ada beberapa sebutan yang dibuat dari fase ini?

Kami tahu bahwa fase ini tidak diketahui sampai pertengahan abad kesembilan belas dan tidak ditunjukkan sampai awal abad kedua puluh. Setelah diskusi yang panjang, Profesor Goeringer setuju bahwa tidak ada sebutan fase-fase ini. Dengan demikian, kami menanyakannya jika ada beberapa terminologi secara khusus menggunakan persamaan fase-fase ini yang mana telah ditemukan di dalam al-Quran. Namun jawabannya negatif. Kami menanyakannya: “Apakah pendapat Anda tentang istilah ini yang mana : al-Quran menggunakan untuk menggambarkan fase yang dilewati janin?” Setelah diskusi yang panjang, dia menunjukkan sebuah studi pada konferensi tentang kedokteran di Saudi Arabia yang kedelapan. Dia menyebutkan dalam studinya tentang dasar ketidaktahuan seseorang dalam fase-fase ini. Dan juga mendiskusikan secara komprehensif dan ketelitian ayat al-Quran dalam penggambaran pertumbuhan janin secara ringkas dan meluas yang membawa kebenaran secara menyeluruh. Mari kita dengarkan penjelasan pendapat dari Profesor Goenger:

“Dalam kaitannya dengan ayat al­Quran yang berarti penggambaran pertumbuhan manusia secara komprehensif dari percampurangamet dengan organogenesis. Tidak ada perbedaan dan rekaman yang lengkap dari pertumbuhan manusia seperti klasifikasi istilah dan penggambaran kehidupan sebelumnya. Kebanyakan, jika tidak semua hal, gambaran ini mendahului beberapa abad rekaman fase yang bervariasi dari embrio manusia dan rekaman pertumbuhan yang berhubungan dengan janin dalam literatur ilmiah tradisional. “

Diskusi dengan Profesor Georinger membawa kami untuk berbicara tentang fakta bahwa penemuan baru-baru ini menghapuskan beberapa kontroversi. Meskipun kelahiran Nabi Isa itu suci yang telah menjadi kepercayaan orang-orang Nasrani selama berabad-abad, beberapa di antara umat Nasrani bersikeras bahwa Nabi Isa harus memiliki seorang ayah, sebagai kelahiran yang suci “secara ilmiah adalah hal yang tidak mungkin”. Mereka memperdebatkan hal ini dan kemungkinan mereka tidak tahu, bahwa ada kemungkinan penciptaan tanpa seorang ayah. Al-Quran menjawab mereka dan memberikan contoh penciptaan Nabi Adam AS. Sebagaimana firman Allah SWT:

“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia. ” (QS Ali Imran : 59)

Ada tiga tipe penciptaan:

1. Nabi Adam AS diciptakan tanpa seorang ayah maupun ibu.
2. Hawa diciptakan tanpa seorang ibu.
3. Nabi Isa AS diciptakan tanpa seorang ayah.

Oleh karena itu, hanya Allah yang bisa menciptakan Adam tanpa seorang ayah maupun ibu yang juga bisa menciptakan Nabi Isa AS dari seorang ibu tetapi tanpa seorang ayah. Namun demikian, umat Nasrani masih melanjutkan perdebatan mereka meskipun Allah telah mengirim bukti petunjuk kepada mereka setelah adanya bukti. Kemudian, ketika mereka tetap memper­tahankan kontroversi ini, mereka menjawab bahwa mereka tidak pernah melihat atau mendengar seseorang yang diciptakan tanpa seorang ayah dan seorang ibu. Tetapi ilmu pengetahuan modern sekarang telah mengungkapkan bahwa beberapa binatang yang ada di muka bumi ini dilahirkan dan direproduksi tanpa perbuatan dari spesies jantan. Sebagai contoh, lebah jantan memiliki telur tidak lebih dari satu yang mana telur tersebut tidak dibuahi oleh pejantan, sedangkan telur yang dibuahi pejantan itu berfungsi sebagai betina. Lagi pula, lebah jantan diciptakan dari telur ratu tetapi tidak mengalami pembuahan dari pejantan. Ada beberapa contoh lain selain contoh binatang ini di muka bumi. Terlebih Iagi manusia sekarang memiliki peralatan ilmiah yang membangkitkan semangat telur betina dari beberapa organisme untuk itulah telur ini berkembang tanpa pembuahan dari pejantan.

Mari kita baca perkataan Profesor Goeringer:

“Pada tipe dari pendekatan ini, telur tanpa pembuahan dari beberapa spesies amphibi dan mamalia tingkat lebih rendah dapat diaktifkan dengan peralatan mekanik (seperti tusukan jarum), fisik (seperti goncangan yang panas) atau peralatan kimia dengan sejumlah zat kimia yang berbeda dan melanjutkan untuk kemajuan pertumbuhan fase. Dalam beberapa spesies, tipe pertumbuhan partenogenetik ini alami. “

Allah telah memberikan jawaban dengan pasti ke­pada kita dan Dia menggunakan Adam, bagi orang yang percaya, sebagai contoh ada manusia yang tidak memiliki ayah maupun ibu. Beberapa umat Nasrani meyakini hal ini sebagai sebuah penyimpangan dari kenyataan bahwa manusia dapat lahir tanpa seorang ayah. Oleh karena itu, Allah menunjukkan mereka sebuah analogi manusia yang tidak memiliki ayah dan ibu, yaitu Nabi Adam AS. Sebagaimana yang telah Allah firmankan dalam al-Quran, surat Ali Imran: 59.

Allah berkehendak bahwa ada kemajuan ilmu pengetahuan dan penemuan yang membuktikan kebenaran setelah datangnya kebenaran yang telah diturunkan di dalam al-Quran. Inilah jalan bahwa ayat-ayat dalam kitab suci itu diturunkan dengan perjalanan waktu yang lama. Ayat-ayat ini dipelajari para sejarawan dan ilmuwan yang terkemuka dari agama kita dan generasi yang akan datang. Ilmu pengetahuan tidak akan pernah habis dalam mengkaji keajaiban al-Quran.

“Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS Saba’ : 6)

“Dan sesunguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita al-Quran setelah beberapa waktu lagi. ” (QS Shaad : 88)

“Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui. ” (QS al-An’am : 67)

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

PERKEMBANGAN JANIN DALAM PERUT

Kami menghadirkan kepada Anda Profesor Marshal Johnson, Profesor Emeritus Anatomi dan Perkembangan Biologi di Thomas Jefferson, Univeritas Philadelphia, Pennsylavia, Amerika Serikat. Selama 22 tahun, dia seorang ahli anatomi, Ketua Jurusan Anatomi dan Direktur Institut Baugh Daniel. Dia juga Presiden Perhimpunan Teratologi. Dia menulis lebih dari 200 judul buku yang telah diterbitkan. Ketika kami bertemu dengan Profesor Johnson pada Konferensi Medis ketujuh di Saudi Arabia, dalam sebuah kepanitian khusus yang dibentuk untuk penyelidikan dan investigasi bukti-bukti ilmiah di dalam al-Quran dan Sunnah.

Ketika kami bertemu dalam kepanitiaan yang sama, Profesor Johnson bertanya kepada kami apa yang dikerjakan kepanitiaan kita? Kami mengatakan bahwa subjek studi kita adalah hubungan antara al-Quran dan sunnah yang telah 1400 tahun lalu dan apa yang telah dikatakan ilmuwan modern kepada kita. Kemudian dia menambahkan, seperti apa contohnya? Kami menja­wab: sebagai contoh, ilmu pengetahuan modern menjelaskan bahwa pertumbuhan manusia sebelum masa kelahiran mengalami beberapa fase, sedangkan al­Quran juga menjelaskan fase ini kepada kita 1400 ta­hun yang lalu.

Profesor Johnson terkejut ketika mendengar uraian kami. Dia menyampaikan perasaannya dengan perkataan yang simpel: “Tidak, tidak? Jenis perkataan apa itu?”

Kami paham bahwa pernyataan tadi langsung mengejutkannya. Kami tahu bahwa dia termasuk salah satu ilmuwan Amerika Serikat. Kami tentu juga tahu bahwa penemuan mikroskop pada abad ke-16, seluruh dokter pada abad ketujuh belas percaya bahwa kesucian seorang manusia berawal di dalam air mani laki-laki, khususnya di dalam sperma laki-laki. Gambar ini yang digunakan petunjuk untuk ilmuwan pada abad ke-17 dan pertengahan abad ke-18, untuk mendukung kepercayaan mereka bahwa manusia diciptakan dari keseluruhan sperma laki-laki. Tetapi tidak lama kemudian, ovum ditemukan 5 tahun setelah pe­nemuan sperma. Dengan jalan ini mereka mengabaikan aturan manusia pada abad ke-18, sebagai­mana yang mereka abaikan kepada perempuan pada abad ke-17.

Hal ini masih berlanjut sampai abad ke-19, ketika para ilmuwan menemukan pertumbuhan embrio ma­nusia yang terjadi dalam beberapa fase yang berturut­turut. Alasan inilah yang kami informasikan kepada Profesor Johnson bahwa al-Quran juga menyebutkan hal itu pada 1400 tahun yang lalu. Kemudian dia mena­han dan berteriak: “Tidak, tidak!” Jadi, kita berbelok menanganinya sebuah kopian al-Quran dan rnenunjukkan kepadanya ayat berikut yang dia membacanya dalam terjemahan bahasa Inggris.

“Mengapa kamu tidak percaya akan kebenaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. ” (QS Nuh : 13 -14)

Kemudian kami menunjukkan ayat berikut:

“.. .Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan . . . ” (QS az-Zumar : 6)

Hingga di sini, Profesor Johnson duduk dan berkata: `Apakah hal ini dapat dijelaskan dalam tiga kemung­kinan? Pertama, bahwa hal ini merupakan kejadian yang kebetulan belaka. Dengan demikian kami mengumpulkan lebih dari 25 teks dan menunjukkan kepadanya. Kemudian kami bertanya: “Apakah mungkin semua teks ini rnerupakan kebetulan saja? Terlebih lagi kitab suci al-Quran memberikan nama setiap fase ini. Pertama, nutfah atau tetesan cair, kedua, alaqah atau seperti zat/lintah, ketiga, mudghah atau gumpalan seperti zat, keempat, menjadi tulang, dan selanjutnya tulang itu dibungkus dengan daging. Dapatkah semua kejadian ini dikatakan hanyalah suatu kebetulan?” Dia dengan bertekat bulat menjawab: “Tidak”.

Kemudian kami menunjukkan: “Apa yang membekas pada Anda?” Dia berkata: “Kemungkinan bahwa Muhammad dianggap sebagai mikroskop yang sangat kuat”.
Kami berkata: “Anda tahu bahwa hal-hal kecil dan ilmu pengetahuan. khusus telah dijelaskan di dalam al-Quran yang hanya dapat diperoleh lewat mikroskop yang sangat kuat. Dan setiap orang yang memiliki mikroskop yang sangat kuat juga memiliki teknologi yang sangat tinggi, yang pasti tercermin dalam kehidupan sehari-hari, rumah, makanan, kantor, mengatur perang, mencari perdamaian, dan lain-lain. Dan Anda tahu bahwa kemajuan teknologi adalah sebuah proses kumulatif warisan penumpukan, ber­jalan terus dan membuktikan dari satu generasi ke generasi lain.”

Profesor Johnson tertawa dan berkata: “Pada kenyataannya, saya melihat mikroskop pertama kali ditemukan di dunia. Hal ini tidak diperbesar lebih dari beberapa kali dan tidak ditunjukkan sebuah gambar yang jelas.”

Nabi Muhammad SAW tidak pernah memiliki peralatan ilmiah atau mikroskop. Hanya hal itu yang mengingatkan kita untuk mengatakan bahwa dia adalah seorang utusan Allah. Setelah ini, Profesor Johnson mulai tertarik dalam mengkaji bukti-bukti ilmiah di dalam al-Quran, memusatkan penyelidikannya pada pertumbuhan fase embrio. Sedangkan Profesor Moore mendiskusikan hal lain tentang penampakan fetal eskternal, Profesor Johnson memusatkan presentasinya pada penggambaran al-Quran secara mendetail dari janin, baik dari internal maupun eksternal.

Profesor Johnson berkata: “Secara ringkasnya, al­Quran tidak hanya menggambarkan bentuk pertumbuhan secara eksternal, tetapi juga menekankan pada fase internal, fase dari sisi dalam embrio, penciptaan dan pertumbuhan, menekankan pada kejadian­kejadian utama yang diakui ilmu pengetahuan zaman sekarang.”

Sebagai contoh, mudghah atau gumpalan seperti zat, salah satu benda yang digunakan ProfesorJohnson sebagai petunjuk. Beberapa mudghah ini menunjukkan kenampakan luar embrio bentuk kurva dan dengan kenampakan penonjolan dan tanda-tanda lekukan yang menyerupai gigi. Kami memperhatikan teguk dan lekuk, juga memperhatikan permukaan garis, yang mana semuanya ini memberikan embrio keistimewaannya tersendiri di mana embrio pada saat fase ini hanya bertambah satu sentimeter panjangnya.

Jika kami membuat sebuah irisan dalam embrio dan membedah organ bagian dalam, kami akan menemu­kan sebagian besar mereka telah terbentuk, yang tam­pak nyata di sini. Kita juga dapat melihat dari gambar ini bahwa sel-sel itu telah terbentuk meskipun yang lain belum terbentuk secara sempurna.

Bagaimana kita dapat menggambarkan embrio ini? Apa yang kita lakukan? Dapatkah kita melengkapi penciptaan ini? Kemudian kita menggambarkan bagian yang telah tercipta. Dan jika kita mengatakan ini adalah sebuah ciptaan yang belum selesai, kemudian kita menggambarkan bagian yang belum sempurna, pertanyaan yang akan muncul adalah: Apakah ini ciptaan yang sempurna ataukah belum sempurna? Tidak ada penjelasan yang lebih bagus dari fase embriologenesis dibanding dengan penggambaran ayat al-Quran sebagai berikut:

“… mudghah (segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan tidak sempurna. . . ” (QS al-Hajj: 5)

Di sinilah Profesor Marshal Johnson memberikan kesimpulan dalam penelitiannya: “Sebagai seorang ilmuwan, saya hanya dapat menguraikan yang dapat saya lihat secara spesifik. Saya dapat memahami kata­kata yang diterjemahkan dari al-Quran kepada saya. Sebagaimana contoh yang telah saya berikan sebelum­nya, jika saya mengubah urutan diri saya menuju zaman pada saat itu, ketahuilah bahwa saya mengetahui penggambaran hal itu sekarang ini. Saya tidak dapat menggambarkan hal yang telah dideskripsikan. Saya tidak memiliki petunjuk untuk pembuktian kon­ep itu bahwa seseorang ini, Muhammad, harus mengembangkan informasi ini dari suatu tempat. Jadi, saya tidak menemukan perbedaan di sini dengan konsep yang berkaitan dengan Ketuhahan yang terlihat di dalam apa yang telah ditulis.

Ya, inilah petunjuk. Jalan yang hanya meninggalkan orang untuk mengikuti contoh ilmuwan-ilmuwan besar itu, pengetahuan bahwa Allah menurunkan Nabi Muhammad SAW sebagai buku ilmu pengetahuan dari Allah. Allah telah berjanji bahwa manusia suatu saat akan menemukan tanda-tanda kebesaran Allah yang telah ditujukan di dalam al-Quran sebagai kitab kebenaran yang telah diturunkan Allah.”

Semoga Bermanfaat - Salam Erat Silahturahmi
Judul: Fakta Kebenaran Al-Quran dari Fase Terciptanya Manusia
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum