Bencana, Sakit Dan Harta Sebagai Penebus Dosa
Hidup tak selalu berjalan lurus, menyenangkan, dan membahagiakan. Suatu saat manusia akan mengalami siklus yang membuatnya tidak dapat melakukan apa-apa. Dan, karena siklus inilah, Allah SWT menuntut umat manusia untuk menghadapinya dengan baik, sesuai dengan petunjuk-Nya. Dengan siklus kehidupan ini juga, umat manusia sesungguhya diuji, apakah tetap tegar dan optimistis, ataukah putus asa.
Demikian pula dalam kita menjalani kehidupan ini. Permasalahan yang kerap kita hadapi, seperti sakit dan bencana semuanya akan dapat kita lalui dengan baik jika kita mengetahui cara dan kunci dalam menjalaninya. Begitu pula sengan harta yang kita cari dan peroleh.
Rasulullah SAW bersabda, ''Bersihkanlah hartamu dengan zakat, obatilah sakitmu dengan sedekah, dan tolaklah olehmu bencana-bencana dengan doa.''
(HR Ibnu Mas'ud).
Islam mengajarkan bahwa harta yang kita peroleh tidaklah merupakan sesuatu yang suci sebelum dikeluarkan zakatnya. Kewajiban ini
Allah tegaskan dalam firman-Nya, ''Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.''
(At-Taubah: 103)
Ayat tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya, selain membersihkan hartanya juga menyucikan dan menenteramkan orang yang mengeluarkannya. Selain itu, harta yang dikeluarkan zakatnya pun menjadi harta yang berkah, tumbuh dan berkembang di hadapan Allah, meskipun secara nominal hitungan manusia berkurang.
Sakit merupakan salah satu fase perputaran hidup manusia. Tegasnya, sakit merupakan sebuah kepastian yang setiap manusia akan mengalaminya. Mengenai sakit, Rasulullah mengajarkan tidak ada satu sakit pun yang tidak ada obatnya. Salah satu cara yang Rasulullah contohkan, sebagaimana hadits di atas, adalah dengan memperbanyak sedekah. Setiap sedekah yang kita keluarkan mengandung keberkahan dan doa. Terlebih-lebih sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Imam Muslim meriwayatkan bahwasanya
Rasulullah selalu mendoakan orang yang bersedekah dengan doanya, ''Ya Allah, rahmatilah mereka.''
Sedangkan bencana-bencana yang terjadi, pada dasarnya, merupakan akibat ulah tangan manusia
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"
(Ar-Ruum; 41).
Karenanya, untuk menghindari bencana-bencana tersebut adalah dengan kita harus menjaga lingkungan dan memperbanyak berdoa agar supaya Allah menghindarkan kita dari segala bencana.
Allah berfirman, ''Katakanlah, 'Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.''
(Al-An'am: 63).
Tak jauh beda dengan bencana begitu pula tentang sakit. Tak selamanya manusia berada dalam kondisi sehat, yang memungkinkannya dapat melakukan apa saja. Suatu waktu ia pasti akan didera oleh satu hal yang membuatnya harus terbaring tak berdaya di atas ranjang, atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik. Pada kondisi seperti ini, godaan untuk berkeluh kesah dan putus asa akan selalu menyerangnya setiap saat, karena orang sakit potensial untuk putus asa.
Sakit sesungguhnya adalah batu ujian bagi seorang Mukmin. Sakit bukanlah semata mata adzab yang ditimpakan karena kebencian Allah, tapi justru itu adalah bagian dari kasih dan perhatian Allah SWT yang begitu besar kepada orang beriman.
Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya seorang yang beriman ketika didera musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu adalah kafarat (penghapus) bagi dosa-dosa yang ia lakukan sebelumnya. Ia sekaligus menjadi pesan berharga untuk menghadapi masa yang akan datang.''
(HR Abu Dawud).
Mengapa Allah menghapus dosa-dosa orang Mukmin yang sedang sakit? Ada dua hal yang menjadi alasannya. Pertama, faktor kesabaran, ketabahan, dan optimisme seorang Mukmin. Sakit justru adalah ujian kesabaran yang mesti dihadapi dengan sikap lapang dada dan besar hati. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT sering menyitir bahwa Dia akan selalu menyertai orang-orang yang sabar dalam menerima ujian, tak terkecuali sakit ini.
''Sesungguhnya Allah akan selalu menyertai orang-orang yang sabar.''
(Al-Baqarah: 153).
Kebersamaan Allah dengan Mukmin yang sakit adalah rahmat yang tiada terkira. Maka, biarpun rasa sakitnya teramat parah, namun karena ia merasa bahwa Allah selalu menyertainya, maka hampir-hampir tidak merasakan. Yang ada hanyalah kedamaian dan ketenteraman berada selalu di sisi-Nya.
Sakit sesungguhnya adalah waktu bagi seseorang untuk merenung dan mengingat-ingat segala perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Seorang Mukmin yang sakit akan menjadikan sakit itu justru sebagai ladang introspeksi diri, sejauh mana ia melakukan segala perintah Allah SWT atau menjauhi larangan-Nya, pada saat ia belum sakit. Sakit sekaligus menjadi pesan bahwa manusia sejatinya adalah mahluk lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sakit yang diderita adalah bentuk konkretnya.
Dengan demikian, orang yang sakit seharusnya menyadari bahwa sakit justru merupakan karunia tak terkira baginya. Karena, dengan demikian, berarti Allah SWT masih peduli dan perhatian padanya. Kafarat dosa tentu adalah salah satu bagian dari itu. Di balik itu tersimpan pesan yang lebih besar: Allah SWT sesungguhnya sedang meninggikan derajat seorang Mukmin yang sedang sakit.
Wallahu a'lam.
Semoga Bermanfaat - Barakallahu Fiikum
Demikian pula dalam kita menjalani kehidupan ini. Permasalahan yang kerap kita hadapi, seperti sakit dan bencana semuanya akan dapat kita lalui dengan baik jika kita mengetahui cara dan kunci dalam menjalaninya. Begitu pula sengan harta yang kita cari dan peroleh.
Rasulullah SAW bersabda, ''Bersihkanlah hartamu dengan zakat, obatilah sakitmu dengan sedekah, dan tolaklah olehmu bencana-bencana dengan doa.''
(HR Ibnu Mas'ud).
Islam mengajarkan bahwa harta yang kita peroleh tidaklah merupakan sesuatu yang suci sebelum dikeluarkan zakatnya. Kewajiban ini
Allah tegaskan dalam firman-Nya, ''Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.''
(At-Taubah: 103)
Ayat tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa harta yang dikeluarkan zakatnya, selain membersihkan hartanya juga menyucikan dan menenteramkan orang yang mengeluarkannya. Selain itu, harta yang dikeluarkan zakatnya pun menjadi harta yang berkah, tumbuh dan berkembang di hadapan Allah, meskipun secara nominal hitungan manusia berkurang.
Sakit merupakan salah satu fase perputaran hidup manusia. Tegasnya, sakit merupakan sebuah kepastian yang setiap manusia akan mengalaminya. Mengenai sakit, Rasulullah mengajarkan tidak ada satu sakit pun yang tidak ada obatnya. Salah satu cara yang Rasulullah contohkan, sebagaimana hadits di atas, adalah dengan memperbanyak sedekah. Setiap sedekah yang kita keluarkan mengandung keberkahan dan doa. Terlebih-lebih sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Imam Muslim meriwayatkan bahwasanya
Rasulullah selalu mendoakan orang yang bersedekah dengan doanya, ''Ya Allah, rahmatilah mereka.''
Sedangkan bencana-bencana yang terjadi, pada dasarnya, merupakan akibat ulah tangan manusia
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"
(Ar-Ruum; 41).
Karenanya, untuk menghindari bencana-bencana tersebut adalah dengan kita harus menjaga lingkungan dan memperbanyak berdoa agar supaya Allah menghindarkan kita dari segala bencana.
Allah berfirman, ''Katakanlah, 'Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur.''
(Al-An'am: 63).
Tak jauh beda dengan bencana begitu pula tentang sakit. Tak selamanya manusia berada dalam kondisi sehat, yang memungkinkannya dapat melakukan apa saja. Suatu waktu ia pasti akan didera oleh satu hal yang membuatnya harus terbaring tak berdaya di atas ranjang, atau salah satu anggota badannya tidak berfungsi dengan baik. Pada kondisi seperti ini, godaan untuk berkeluh kesah dan putus asa akan selalu menyerangnya setiap saat, karena orang sakit potensial untuk putus asa.
Sakit sesungguhnya adalah batu ujian bagi seorang Mukmin. Sakit bukanlah semata mata adzab yang ditimpakan karena kebencian Allah, tapi justru itu adalah bagian dari kasih dan perhatian Allah SWT yang begitu besar kepada orang beriman.
Rasulullah SAW bersabda, ''Sesungguhnya seorang yang beriman ketika didera musibah sakit, kemudian Allah menyembuhkannya, maka itu adalah kafarat (penghapus) bagi dosa-dosa yang ia lakukan sebelumnya. Ia sekaligus menjadi pesan berharga untuk menghadapi masa yang akan datang.''
(HR Abu Dawud).
Mengapa Allah menghapus dosa-dosa orang Mukmin yang sedang sakit? Ada dua hal yang menjadi alasannya. Pertama, faktor kesabaran, ketabahan, dan optimisme seorang Mukmin. Sakit justru adalah ujian kesabaran yang mesti dihadapi dengan sikap lapang dada dan besar hati. Dalam beberapa ayat Alquran, Allah SWT sering menyitir bahwa Dia akan selalu menyertai orang-orang yang sabar dalam menerima ujian, tak terkecuali sakit ini.
''Sesungguhnya Allah akan selalu menyertai orang-orang yang sabar.''
(Al-Baqarah: 153).
Kebersamaan Allah dengan Mukmin yang sakit adalah rahmat yang tiada terkira. Maka, biarpun rasa sakitnya teramat parah, namun karena ia merasa bahwa Allah selalu menyertainya, maka hampir-hampir tidak merasakan. Yang ada hanyalah kedamaian dan ketenteraman berada selalu di sisi-Nya.
Sakit sesungguhnya adalah waktu bagi seseorang untuk merenung dan mengingat-ingat segala perbuatan yang dilakukan sebelumnya. Seorang Mukmin yang sakit akan menjadikan sakit itu justru sebagai ladang introspeksi diri, sejauh mana ia melakukan segala perintah Allah SWT atau menjauhi larangan-Nya, pada saat ia belum sakit. Sakit sekaligus menjadi pesan bahwa manusia sejatinya adalah mahluk lemah yang tidak dapat berbuat apa-apa. Sakit yang diderita adalah bentuk konkretnya.
Dengan demikian, orang yang sakit seharusnya menyadari bahwa sakit justru merupakan karunia tak terkira baginya. Karena, dengan demikian, berarti Allah SWT masih peduli dan perhatian padanya. Kafarat dosa tentu adalah salah satu bagian dari itu. Di balik itu tersimpan pesan yang lebih besar: Allah SWT sesungguhnya sedang meninggikan derajat seorang Mukmin yang sedang sakit.
Wallahu a'lam.
Semoga Bermanfaat - Barakallahu Fiikum
Judul: Bencana, Sakit Dan Harta Sebagai Penebus Dosa
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum