Mengenang Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Setiap bulan Rabiul Awal, umat Islam memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw, atau yang lebih populer dengan peringatan Maulid Nabi. Pada bulan ini tepatnya pada hari Senin menjelang terbit fajar 12 Rabiul Awal tahun Gajah bertepatan dengan 20 April 571 M, beliau dilahirkan di Makkah, kira-kira 200 meter dari Masjidil Haram. Kini, tempat kelahiran Nabi ini dijadikan perpustakaan “Maktabah Makkah al-Mukarranah”.
Tahun kelahiran Nabi dinamakan Tahun Gajah, karena tentara Abrahah dari Yaman menyerang Ka’bah dengan maksud akan meruntuhkannya. Mereka datang dengan mengendarai gajah. Penyerangan itu gagal karena Allah SWT mengirimkan pasukan burung ababil dari angkasa yang mencengkeram batu yang berasal dari neraka. Batu itu dijatuhkan kepada pasukan Gajah sehingga mereka hancur lumat seperti daun kayu yang dimakan ulat, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surat al-Fiel ayat 1-4.
Maulid Nabi ini merupakan momen spiritual untuk mentahbiskan beliau sebagai figur teladan yang mengisi pikiran, hati dan pandangan hidup kita. Dalam maulid kita tidak sedang membikin sebuah upacara, tapi perenungan dan pengisian batin agar tokoh sejarah tidak menjadi fiktif dalam diri kita, tapi betul-betul secara kongkrit tertanam, mengakar, menggerakkan detak-detak jantung dan aliran darah ini.
Selain sebagai ekspresi rasa syukur atas kelahiran Rasulullah SAW., substansi dari peringatan Maulid Nabi adalah mengukuhkan komitmen loyalistas pada beliau. Setidaknya, ini terwujud dengan beberapa hikmah,
Hikmah Peringatan Maulid Nabi
1. Peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala,
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”
(QS Al-Ahzab: 56).
2. Peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu.Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba.
Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, apalagi anugerah Allah bagi umatnya yang beriman dan bertakwa.
3. Meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah saw. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah saw. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan. Kecintaan pada utusan Allah ini harus berada di atas segalanya, melebihi kecintaan pada anak dan isteri, kecintaan terhadap harta, kedudukannya, bahkan kecintaannya terhadap dirinya sendiri.
Rasulullah bersabda : "Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya." (HR. Bukhari).
4. Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah saw dalam setiap gerak kehidupan kita.
Allah SWT. berfirman : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)
Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam keseharian kita, mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan akhirat. Tanamkan pula keteladanan terhadap Rasul ini pada putra-putri kita, melalui kisah-kisah sebelum tidur misalnya. Sehingga mereka tidak menjadi pemuja dan pengidola figur publik berakhlak rusak yang mereka tonton melalui acara televisi.
5. Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini.
Beliau bersabda : ”Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya sallallahu alaihi wa sallam.” (HR. Malik)
Fadilah Peringatan Maulid Nabi
Menurut fatwa seorang Ulama besar : Asy-Syekh Al Hafidz As-Suyuthi menerangkan bahwa mengadakan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw, dengan cara mengumpulkan banyak orang, dan dibacakan ayat-ayat al-Quran dan diterangkan (diuraikan) sejarah kehidupan dan perjuangan Nabi sejak kelahiran hingga wafatnya, dan diadakan pula sedekah berupa makanan dan hidangan lainnya adalah merupakan perbuatan Bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), dan akan mendapatkan pahala bagi orang yang mengadakannya dan yang menghadirinya, sebab terdapat rincian beberapa ibadah yang dituntut oleh syara’ serta sebagai wujud kegembiraan, kecintaan atau mahabbah kapada Rasullullah saw.
Seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw : ”Barang siapa yang senang, gembira, dan cinta kepada saya maka akan berkumpul bersamaku masuk surga”.
Dalam sebuah hadits dikatakan : “Barang siapa yang memperingati hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at pada hari kiamat. Dan barang siapa memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiranku, maka akan diberi pahala seperti memberikan infaq emas sebesar gunung fi sabilillah”.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shidiq berkata : “Barang siapa yang memberikan infaq satu dirham untuk memperingati kelahiran Nabi Saw : akan menjadi temanku masuk surga”.
Sahabat Umar Bin Khoththob berkata : “Barang siapa yang memperingati kelahiran Nabi Saw, berarti telah menghidupkan Islam”.
Dan Sahabat Ali Bin Abi Thalib berkata : “Barang siapa yang memperingati kelahiran Nabi Saw, apabila pergi meninggalkan dunia pergi dengan membawa iman”.
Maka, tidaklah berlebihan jika kaum muslimin muslimat di Indonesia ini menjadikan bulan Rabiaul Awal sebagai bulan ‘Maulid Nabi’. Mulai dari rakyat kecil di masjid, mushallah dan majelis ta’lim mengadakan peringatan Maulid Nabi. Di beberapa daerah ada semacam tradisi, seperti di Keraton Jogyakarta dan Surakarta ada ‘grebeg maulid’ untuk merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Bahkan Presiden RI beserta jajarannya, setiap tahunnya tidak pernah absen untuk memperingati Hari Besar Islam itu di Masjid Istiqlal Jakarta.
Semoga peringatan Maulid Nabi ini dapat menangkap hikmah yang terkandung didalamnya sebagai upaya mencapai derajat taqwallah dan sekaligus dapat mewujudkan Islam ‘rahmatan lil’alamin’ di negeri ini.
Semoga Bermanfaat
Judul: Mengenang Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum