Adab Menuntut Ilmu (4)
Kesembilan,
Menerima permintaan maaf saudaramu apabila dia meminta maaf, walaupun
dia berbohong. Sebab orang yang meminta kerelaanmu secara lahir,
walaupun bathinnya membencimu, ia sungguh telah mentaatimu dan
menghormatimu, sekiranya dia tidak terang-terangan menentangmu. Tentang
hal ini seorang ‘arif berkata "Terimalah udzur orang yang meminta maaf
kepadamu tulus maupun dusta permohonanya itu. sungguh, orang yang
lahirnya ridha kepada mu telah menaatimu dan yang membantahmu dalam
sembunyi pun telah menghormatimu."
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa
saudaranya datang meminta maaf dari kesalahannya, hendaklah dia
menerimanya, entah dia bersungguh-sungguh maupun berpura-pura. Siapa
yang tidak melakukannya, dia tidak akan sampai ke telagaku di Hari
Kiamat”. (HR. Al-Hakim).
Dalam
masyarakat masih sering kita jumpai orang-orang yang susah memberikan
maaf kepada orang lain dan senang menyimpan dendam. Semakin dia tidak
memaafkan orang akan merasa semakin tinggi pula derajatnya. Lirik lagu
atau dialog dalam film sepertinya mendukung hal demikian atau bisa jadi
apa yang disuarakan dalam lagu atau percakapan dalam film memang
gambaran dari sebagian kecil masyarakat kita. Kata “Tiada maaf bagimu”, “Pintu maafku sudah tertutup untkmu”, “Tak sudi aku memaafkanmu”,
adalah contoh kata dari sekian kata negatif yang sering digunakan untuk
mewakili rasa kecewa atau rasa dendam yang masih tersimpan di hati.
Orang
yang meminta maaf atas kesalahannya adalah sikap mulia dan orang yang
memberi maaf lebih mulia lagi. Rasul mewajibkan kepada kita untuk
memaafkan saudara kita walaupun dalam hati kecil kita tahu dia tidak
dengan sungguh-sungguh meminta maaf kepada kita. Rasul mengajurkan kita
untuk bersikap positif dan berbaik sangka terhadap permohonan maaf dari
saudara kita.
Salah
hal yang harus kita sadari bersama bahwa menyimpan dendam seperti
menyimpan racun yang lama kelamaan akan merusak diri sendiri. Guru Sufi
yang Mulia memberikan nasehat, “Jangan diantara kalian tidak saling bertegur sapa lebih dari 24 jam, nanti setan akan masuk ke hati kalian”. Lebih tegas lagi Rasulullah saw bersabda : “Tidak
halal bagi seorang muslim menjauhi saudaranya lebih dari tiga hari.
Barangsiapa yang manjauhi saudaranya lebih dari tiga hari, dia akan mati
lalu masuk neraka.” (H.R. Abu Dawud).
Jadi,
sebagai seorang muslim dan sebagai murid dari Guru Sufi hendaknya kita
meneladani sifat yang dimiliki oleh Rasulullah saw dan sahabat-sahabat
Beliau, saling menyayangi dan mengasihi sesama dan tanpa berat hati
memaafkan semua kesalahan saudara kita karena kita juga bukan manusia
sempurna yang tidak luput dari kekhilafan dan suatu saat ketika kita
melakukan kesalahan maka kita juga memerlukan maaf dari saudara kita.
Memberi maaf kepada saudara akan menaikkan derajat kita secara jasmani
dan rohani, melepaskan penyakit yang tersimpan di hati dan akan membuat
hidup kita lebih cerah.
Tulisan Adab Menuntut Ilmu saya
tulis untuk mengingatkan kita semua betapa Islam adalah agama yang luar
biasa mulia menjadikan akhlak sebagai pokok ajarannya dan Rasul di utus
kedunia dengan tujuan untuk memperbaiki akhlak manusia. Ketinggian ilmu
tidak akan bermanfaat apa-apa bila akhlak kita tidak baik. Terlebih
lagi dalam dunia Tasawuf/Tarekat yang merupakan inti sari ajaran Islam,
persoalan akhlak adalah hal yang sangat pokok. Segala sesuatu di dalam
dunia Sufi dimulai dengan adab atau aturan sopan santun yang harus
dijalankan oleh murid untuk menuntun dia kepada perilaku yang baik.
Kita mengenal Adab Masuk Suluk, Adab Keluar Suluk, Adab murid kepada Guru dan empat tulisan Inilah Akhlak Seorang Murid yang telah saya tulis adalah membahas tentang Adab Seorang murid kepada saudara seguru dan kepada seluruh kaum muslimin. Inilah Adab Menuntut Ilmu atau Akhlak Seorang Murid yang saya tuangkan sebanyak 4 postingan, insya Allah akan saya lanjutkan di lain kesempatan.
Di
bulan November yang penuh berkah ini mari kita renungi perjalanan hidup
kita, perjalanan berguru dengan Wali Allah. Sekian tahun kita berguru
dan membaca tulisan di atas, membaca ahklak yang harus dimiliki oleh
seorang murid kemudian tanyakan dalam hati kita masing-masing, apakah
kita sudah pantas menyandang predikat menjadi murid seorang Wali Allah
atau gelar itu hanya sebuah kebanggaan tanpa pernah kita berada di
kedudukan mulia itu?
Semoga Bermanfaat... Salam Ukhuwah Fillah
Judul: Adab Menuntut Ilmu (4)
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum