KISAH CINTA KHUBAIB
Islam adalah agama aqidah. Aqidah yang hidup dan berfungsi. Aqidah yang mewarnai kehidupan dengan warna yang dikehendaki oleh Allah SWT. Aqidah Islam bukanlah satu khayalan atau impian tetapi adalah satu keyakinan yang bertapak dalam lubuk hati manusia dan terbukti dalam praktik hidupnya. Hati yang yakin dengan bulat kepada kekuasaan Allah SWT dan yakin pada pimpinan Rasulullah SAW, ia akan mengorbankan apa saja semata-mata demi mempertahankan aqidah Islam yang dihayatinya. Tiada Islam tanpa pahlawannya.
Khubaib bin Adie r.a adalah di antara pahlawan Islam yang telah dilahirkan dari jaman Rasulullah SAW. Hidup dan matinya adalah untuk aqidah Islam. Keyakinannya tak tergoyahkan lagi setelah imannya betul-betul dibentuk oleh pendidikan wahyu Allah SWT. Imannya terpancar dalam hidupnya dan aqidah Islam betul-betul menguasai jiwanya.
Dikisahkan Khubaib bin Ady telah ditawan oleh orang-orang jahat sedang dia dalam perjalanan ke tempat yang bernama Adhal wal Qarah untuk menunaikan tugas dakwah yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepadanya. Orang-orang itu telah membawanya ke Mekah lalu menjualnya kepada Hajr ibnu Abi Ihab Attamimi untuk dibunuh sebagai membalas dendam terhadap kematian bapaknya yang telah dibunuh dalam peperangan Badar.
Pada hari yang telah ditentukan terlebih dahulu, dia telah dikeluarkan oleh orang-orang Musyrikin ke Tana'im untuk disiksa. Di sana ia telah mengatakan kepada mereka: "Bolehkah aku sembahyang dua raka'at sebelum kalian membunuhku?"
Kata mereka : "Boleh."
Lalu Khubaib pun sembahyang dua raka'at dengan elok dan sempurnanya. Setelah selesai sembahyang itu ia berkata kepada orang-orang Musyrikin: "Demi Allah ! Jika aku tidak kawatir kamu menyangka bahwa aku sengaja mengulur-ulur waktu karena takut kematian, tentulah aku akan memperlama sembahyangku."
Ketika ia dinaikkan ke atas kayu salib, orang-orang Musyrikin itu berkata kepadanya: "Kembalilah (kepada agama asalmu) daripada agama Islam, nanti engkau akan kami bebaskan."
Jawabnya: "Tidak, demi Allah ! Aku tidak akan keluar dari agama Islam meskipun aku diberikan seluruh isi bumi ini."
"Kembalilah wahai Khubaib." kata mereka mengulangi.
Khubaib menjawab, "Aku tidak akan kembali sampai kapanpun."
Sambung mereka, "Demi Latta! Sekiranya engkau tidak kembali, kami akan membunuhmu."
Dijawab Khubaib, "Bahwa terbunuhnya aku pada jalan Allah adalah hal yang mulia."
Lalu mereka mengalihkan mukanya ke arah lain dari arah kiblat.
Kata Khubaib: "Walau ke arah manapun kamu memalingkan wajahku, Allah telah berfirman: "Kemanapun kamu berpaling, maka di sana adalah wajah Allah."
Kemudian ia meneruskan lagi, katanya: "Wahai Tuhanku! Bahwa aku tidak melihat sekarang selain daripada wajah musuh. Wahai Tuhan ! Tidak ada siapapun di sini yang dapat menyampaikan salamku kepada RasulMu, maka sampaikanlah salamku kepadanya."
Disaat yang sama, Rasulullah SAW sedang berada bersama-sama para sahabatnya di Madinah. Secara tiba-tiba baginda terdiam, kemudian baginda pun bersabda: "Jibril telah datang menyampaikan salam Khubaib kepadaku."
Orang-orang musyrikin itu mengadakan penawaran kepada Khubaib: "Hey Khubaib, serahkanlah pimpinanmu (Rasulullah SAW) untuk menggantikanmu, maka kamu akan kami bebaskan dan bersenang-senanglah kamu dengan keluargamu."
Jawab Khubaib dengan lantang: "Demi Allah aku tak akan bersenang-senang, lebih baik aku mati daripada membiarkan kaki Rasulullah SAW tertusuk duri."
Lalu Khubaib dihampiri oleh empat puluh orang Musyrikin itu yang masing-masing memegang pedang dan tombak.
Kata mereka: "Inilah orangnya yang telah membunuh bapak-bapak kamu di dalam peperangan Badar."
Sahut Khubaib: "Ya Allah ! Bahwa kami telah menyampaikan perintah Mu maka sampaikanlah kepadanya apa yang diperbuat terhadap kami. Ya Allah ! Hitunglah jumlah mereka dan musnahkan mereka dan jangan ditinggalkan siapapun daripada mereka."
Mu'awiyah bin Abu Sufiyan, yang ketika itu masih di dalam golongan kaum Musyrikin, telah menjatuhkan diri ke tanah (tiarap) untuk mengelakkan doa Khubaib, begitu juga Hakim bin Huzam dan Jubair bin Muth'im telah lari dan menghilangkan diri masing-masing dari situ.
Ketika tubuhnya mulai dicabik-cabik oleh pedang dan tombak kaum Musyrikin itu, Khubaib telah memutarkan diri ke arah Kaabah sambil mengucapkan:
"Alhamdulillah! syukur kepada Allah yang mengalihkan wajahku ke arah kiblat yang diridhaiNya bagi diriNya, NabiNya dan orang-orang Mukmin."
Musuh-musuh Allah itu terus mencabi-cabik tubuh Khubaib, sedang ia tidak putus-putusnya menyebut "Laa ila ha illallah" hingga ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Maka bergolaklah rohnya yang suci bersih itu menuju ke alam tertinggi, mengadukan kepada Allah tentang kezaliman yang telah dilakukan terhadapnya oleh orang-orang yang zalim.
Inilah bukti kehebatan hidup manusia yang beraqidah yang hanya tercerna dalam hidup orang-orang yang benar-benar yakin kepada petunjuk dan kuasa Allah SWT. Khubaib bin Adie kembali menemui Allah dalam keadaan yang paling mulia karena ia berhasil membuktikan perhambaannya kepada Allah SWT dan kecintaannya kepada Rasulullah SAW.
Seberat apapun beban dan derita yang dia alami, Khubaib tak rela orang yang begitu dia cintai Rasulullah SAW, kekasih Allah SWT sakit walau hanya tertusuk duri kakinya. Namun lihatlah diri kita... tanpa kita sadari kita sering kali mengirim duri-duri menancap di hati Rasulullah SAW dari rumah kita.
Betapa kecewanya Rasulullah SAW yang disaat menjelang ajalpun mengingat nasib umatnya, namun kini umat-umat Islam membiarkan bahkan menjejali diri dan anggota keluarganya dengan pendidikan dan hiburan yang memalingkan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Betapa anak-anak kita sekarang lebih mengenal dan mengidolakan bintang-bintang TV daripada Rasulullah SAW yang di akhirat nanti hanya syafa'at beliau yang bisa membawa kita ke Jannah Allah SWT.
"Jika Buta Di Dunia, Buta Pula Di Akhirat... Jika Sekarang Tak Kenal, Di Akhirat Nantipun Tak Kan Mengenalinya"
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu 'akbar!
Khubaib bin Adie r.a adalah di antara pahlawan Islam yang telah dilahirkan dari jaman Rasulullah SAW. Hidup dan matinya adalah untuk aqidah Islam. Keyakinannya tak tergoyahkan lagi setelah imannya betul-betul dibentuk oleh pendidikan wahyu Allah SWT. Imannya terpancar dalam hidupnya dan aqidah Islam betul-betul menguasai jiwanya.
Dikisahkan Khubaib bin Ady telah ditawan oleh orang-orang jahat sedang dia dalam perjalanan ke tempat yang bernama Adhal wal Qarah untuk menunaikan tugas dakwah yang telah diperintahkan oleh Rasulullah SAW kepadanya. Orang-orang itu telah membawanya ke Mekah lalu menjualnya kepada Hajr ibnu Abi Ihab Attamimi untuk dibunuh sebagai membalas dendam terhadap kematian bapaknya yang telah dibunuh dalam peperangan Badar.
Pada hari yang telah ditentukan terlebih dahulu, dia telah dikeluarkan oleh orang-orang Musyrikin ke Tana'im untuk disiksa. Di sana ia telah mengatakan kepada mereka: "Bolehkah aku sembahyang dua raka'at sebelum kalian membunuhku?"
Kata mereka : "Boleh."
Lalu Khubaib pun sembahyang dua raka'at dengan elok dan sempurnanya. Setelah selesai sembahyang itu ia berkata kepada orang-orang Musyrikin: "Demi Allah ! Jika aku tidak kawatir kamu menyangka bahwa aku sengaja mengulur-ulur waktu karena takut kematian, tentulah aku akan memperlama sembahyangku."
Ketika ia dinaikkan ke atas kayu salib, orang-orang Musyrikin itu berkata kepadanya: "Kembalilah (kepada agama asalmu) daripada agama Islam, nanti engkau akan kami bebaskan."
Jawabnya: "Tidak, demi Allah ! Aku tidak akan keluar dari agama Islam meskipun aku diberikan seluruh isi bumi ini."
"Kembalilah wahai Khubaib." kata mereka mengulangi.
Khubaib menjawab, "Aku tidak akan kembali sampai kapanpun."
Sambung mereka, "Demi Latta! Sekiranya engkau tidak kembali, kami akan membunuhmu."
Dijawab Khubaib, "Bahwa terbunuhnya aku pada jalan Allah adalah hal yang mulia."
Lalu mereka mengalihkan mukanya ke arah lain dari arah kiblat.
Kata Khubaib: "Walau ke arah manapun kamu memalingkan wajahku, Allah telah berfirman: "Kemanapun kamu berpaling, maka di sana adalah wajah Allah."
Kemudian ia meneruskan lagi, katanya: "Wahai Tuhanku! Bahwa aku tidak melihat sekarang selain daripada wajah musuh. Wahai Tuhan ! Tidak ada siapapun di sini yang dapat menyampaikan salamku kepada RasulMu, maka sampaikanlah salamku kepadanya."
Disaat yang sama, Rasulullah SAW sedang berada bersama-sama para sahabatnya di Madinah. Secara tiba-tiba baginda terdiam, kemudian baginda pun bersabda: "Jibril telah datang menyampaikan salam Khubaib kepadaku."
Orang-orang musyrikin itu mengadakan penawaran kepada Khubaib: "Hey Khubaib, serahkanlah pimpinanmu (Rasulullah SAW) untuk menggantikanmu, maka kamu akan kami bebaskan dan bersenang-senanglah kamu dengan keluargamu."
Jawab Khubaib dengan lantang: "Demi Allah aku tak akan bersenang-senang, lebih baik aku mati daripada membiarkan kaki Rasulullah SAW tertusuk duri."
Lalu Khubaib dihampiri oleh empat puluh orang Musyrikin itu yang masing-masing memegang pedang dan tombak.
Kata mereka: "Inilah orangnya yang telah membunuh bapak-bapak kamu di dalam peperangan Badar."
Sahut Khubaib: "Ya Allah ! Bahwa kami telah menyampaikan perintah Mu maka sampaikanlah kepadanya apa yang diperbuat terhadap kami. Ya Allah ! Hitunglah jumlah mereka dan musnahkan mereka dan jangan ditinggalkan siapapun daripada mereka."
Mu'awiyah bin Abu Sufiyan, yang ketika itu masih di dalam golongan kaum Musyrikin, telah menjatuhkan diri ke tanah (tiarap) untuk mengelakkan doa Khubaib, begitu juga Hakim bin Huzam dan Jubair bin Muth'im telah lari dan menghilangkan diri masing-masing dari situ.
Ketika tubuhnya mulai dicabik-cabik oleh pedang dan tombak kaum Musyrikin itu, Khubaib telah memutarkan diri ke arah Kaabah sambil mengucapkan:
"Alhamdulillah! syukur kepada Allah yang mengalihkan wajahku ke arah kiblat yang diridhaiNya bagi diriNya, NabiNya dan orang-orang Mukmin."
Musuh-musuh Allah itu terus mencabi-cabik tubuh Khubaib, sedang ia tidak putus-putusnya menyebut "Laa ila ha illallah" hingga ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Maka bergolaklah rohnya yang suci bersih itu menuju ke alam tertinggi, mengadukan kepada Allah tentang kezaliman yang telah dilakukan terhadapnya oleh orang-orang yang zalim.
Inilah bukti kehebatan hidup manusia yang beraqidah yang hanya tercerna dalam hidup orang-orang yang benar-benar yakin kepada petunjuk dan kuasa Allah SWT. Khubaib bin Adie kembali menemui Allah dalam keadaan yang paling mulia karena ia berhasil membuktikan perhambaannya kepada Allah SWT dan kecintaannya kepada Rasulullah SAW.
Seberat apapun beban dan derita yang dia alami, Khubaib tak rela orang yang begitu dia cintai Rasulullah SAW, kekasih Allah SWT sakit walau hanya tertusuk duri kakinya. Namun lihatlah diri kita... tanpa kita sadari kita sering kali mengirim duri-duri menancap di hati Rasulullah SAW dari rumah kita.
Betapa kecewanya Rasulullah SAW yang disaat menjelang ajalpun mengingat nasib umatnya, namun kini umat-umat Islam membiarkan bahkan menjejali diri dan anggota keluarganya dengan pendidikan dan hiburan yang memalingkan kecintaan kita kepada Rasulullah SAW. Betapa anak-anak kita sekarang lebih mengenal dan mengidolakan bintang-bintang TV daripada Rasulullah SAW yang di akhirat nanti hanya syafa'at beliau yang bisa membawa kita ke Jannah Allah SWT.
"Jika Buta Di Dunia, Buta Pula Di Akhirat... Jika Sekarang Tak Kenal, Di Akhirat Nantipun Tak Kan Mengenalinya"
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu 'akbar!
Judul: KISAH CINTA KHUBAIB
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum
Rating: 100% based on 99998 ratings. 4.5 user reviews.
By Unknown
Terimakasih Atas Kunjungan Sahabat... Silahkan tulis kritik dan saran di kotak komentar
Barakallahu Fiikum